Sedikit curhat saja, cerpen ini kubuat waktu aku kelas 2 SMA. Awalnya berjudul de Javu. Entah kenapa aku mengubahnya. Setelah membaca ulang cerpen ini aku benar-benar merasa bahwa aku orang yang terlalu pede saat itu, berani mengirimkan cerpen ini ke majalah sekolah. Walaupun nyatanya memang dimuat di majalah sekolah, tapi kurasa susunan kata-kataku disini benar-benar buruk. Aku memang kurang pandai menyusun kata-kata. Jadi kuberi sedikit perubahan saat memposting cerpen ini. Dan hasilnya,,, sama saja. Haahaa... =_=". Okay, check this one~
Tittle: "Just Dream" Derish beranjak dari kursi dan melangkahkan kakinya menuju ranjang. Ia benar-benar lelah setelah belajar Bahasa Inggris untuk ulangan besok. Sesaat ditatapnya kalender yang tergantung di dinding, perhatian matanya terpusat pada bulatan merah yang melingkari salah satu tanggal.
Seminggu lagi. Ya, seminggu lagi Derish harus meninggalkan kota ini, otomatis ia harus meninggalkan sekolahnya juga. Sekolah? Huh, benar-benar tempat yang memuakkan bagi Derish. Ia paling benci tempat bernama sekolah itu. Tempat yang katanya salah satu media yang bisa mengembangkan sosialisasi. Namun tidak bagi Derish. Ia lebih suka di rumah, bersama kakak dan adiknya.
Oleh karena itu, kepindahannya sama sekali tidak membuat Derish risau. Karena dengan kepergiannya pun tidak akan berpengaruh apa-apa untuk sekolah dan juga teman-temannya. Terlebih lagi Derish tidak mempunyai seorang sahabat yang akan bersedih saat ia pergi. Hh, menyedihkan sekali.
***
“Keyna,” murid baru itu tersenyum seraya mengulurkan tangannya.
Derish terdiam, heran. Gadis itu masih mengulurkan tangannya pada Derish. Ya, pada Derish! Sungguh, seumur-umur belum pernah ada perempuan yang tersenyum begitu tulus saat menyapanya. Jangankan perempuan, teman-teman sejenis Derish saja jarang tersenyum padanya, bahkan untuk menyapa saja sepertinya enggan.
Mana mau mereka bergaul dengan cowok pendiam sepertiku? Begitu pikir Derish. Tapi, mengapa kali ini seorang bidadari tiba-tiba tersenyum padanya? Ada angin apa sampai bidadari ini nyasar ke tempatku? Pikir Derish heran.
Senyum Keyna yang satu itu tak pernah bisa Derish lupakan. Selalu diingatnya pertemuan pertama dengan Keyna siang itu. Siapa yang menyangka bahwa pertemuan itu akan mengubah segalanya? Ya, mengubah jalan hidup seorang Derish yang pendiam dan kuper.
Sejak awal masuk sekolah, Derish tidak pernah mempunyai teman. Kalau boleh jujur, sebenarnya sifat kaku yang ia miliki itu sudah bawaan sejak lahir. Ya, kecuali dengan keluarga dekat seperti kakak dan adik-adiknya, Derish selalu grogi saat berhadapan dengan orang lain. Karena itulah sampai detik ini, hingga ia menginjak kelas tiga SMA, Derish masih belum memiliki sahabat karib.
Tapi entah jurus apa yang digunakan Keyna. Yang jelas, sejak pertemuan awal Derish dengan Keyna, perlahan-lahan semuanya mulai berubah.
Keyna mendorong Derish agar bersifat lebih terbuka. Beberapa kali Keyna mengajak Derish jalan-jalan bersama teman-temannya, dan itu bisa sedikit mengurangi kekakuan Derish saat menghadapi seseorang.
Pagi itu, saat sekelompok teman-temannya sedang membicarakan salah satu band terpopuler tahun ini, Keyna menyeletuk dengan tiba-tiba, “eh, Derish juga suka band itu lo!”
Derish terkejut saat semua menoleh ke arahnya.
“Dia juga punya banyak koleksi poster dan albumnya!” lanjut Keyna dengan entengnya. Bagus, Keyna berhasil membuatku terjebak dalam kebohongan besarnya!
Derish semakin bingung saat beberapa temannya berharap bisa mengunjungi rumah Derish. Fakta bahwa Derish juga menyukai band itu memang benar, tapi Derish tidak pernah mengoleksi apapun, bahkan selembar poster.
Setelah berhasil membuat kebohongan besar itu, Keyna segera meminta maaf pada Derish atas kelancangannya yang telah mengatakan hal yang tidak-tidak.
“Tapi ini kesempatan buat kamu, dengan begitu kamu akan menjadi lebih akrab dengan mereka, kan?” begitu pembelaan Keyna. Derish membenarkan hal itu, mungkin apa yang dikatakan Keyna ada benarnya, begitu pikir Derish. Tapi kenapa harus dengan kebohongan?
Alhasil, sore itu Keyna dan Derish kelabakan mencari poster, album, dan sesuatu yang berhubungan dengan band X yang tengah dibicarakan tadi. Tidak sulit menemukan benda-benda yang dimaksud itu, karena band X memang sedang populer saat ini. Setelah merasa cukup, mereka bergegas pulang dan segera memasang poster-poster itu di dinding kamar Derish.
Tak disangka, malam itu beberapa teman Derish benar-benar datang. Mereka begitu senang saat melihat ‘koleksi’ Derish. Bahkan keesokan harinya, mereka datang lagi ke rumah Derish bersama teman-teman yang lain yang juga menggemari band X.
Jadi begini ya, rasanya punya banyak teman? Derish menerawang senang. Derish merasa beruntung atas kebohongan Keyna yang membawakan perubahan dalam hidupnya.
Pagi ini Derish berjalan di sepanjang koridor sekolah dengan senyuman yang terus mengembang.
“Hey, bro!” wakil Ketua OSIS menyapa Derish. Derish tersenyum kaku.
“Pagi, Rish!” Yunita yang sedang berpapasan dengan Derish tersenyum menyapa.
Derish merasa dirinya melambung, untuk pertama kalinya ia bertegur sapa dengan teman-temannya tanpa ada rasa grogi, suatu hal yang sangat diimpikan sejak dulu. Semuanya berkat Keyna. Ya, karena dialah Derish berhasil mempunyai banyak teman.
Derish mempercepat langkahnya menuju kelas Keyna. Ia berniat untuk berterima kasih padanya. Baru saja ia mempercepat langkahnya, tiba-tiba bel berbunyi nyaring sekali. Benar-benar nyaring! Bel itu seakan tidak mau berhenti dan sangat memekakkan telinga. Semakin lama suranya semakin nyaring dan panjang.
Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing……!
Derish mengerjap-ngerjapkan matanya, merespon perubahan suasana yang sedang dialami. Koridor itu berubah menjadi ruangan kecil berukuran tiga kali empat meter. Deriah memandang sekeliling hingga disadarinya bahwa ia sedang berada di dalam kamarnya sendiri. Sesaat matanya bertumpu pada setumpuk kamus dan buku Bahasa Inggris yang masih tergeletak di atas meja belajar. Ia baru menyadari bahwa suara jam alarm telah mengusik tidurnya.
Benar-benar menyebalkan! Kupikir kali ini aku benar-benar memiliki banyak teman! Derish mengumpat dalam hati, menyesali semua yang terjadi dalam mimpinya.
Melihat jarum jam yang telah menunjukkan pukul enam tepat, Derish memutuskan untuk segera bersiap ke sekolah dan melupakan mimpinya semalam.
Ahirnya seminggu benar-benar berlalu tanpa ada kejadian istimewa. Bahkan teman-teman Derish tidak mengucapkan salam perpisahan disaat-saat kepergiannya. Derish hanya bisa berkata dalam hati, selamat tinggal sekolah lama yang memuakkan, dan selamat datang sekolah baru yang akan lebih memuakkan.
Bisa ia tebak apa yang akan terjadi padanya pagi ini di sekolah baru. Memasuki kelas baru, memperkenalkan diri, lalu duduk di bangku dengan perasaan yang masih grogi disertai tatapan dari teman-teman baru. Itu yang tidak disukainya. Dengan diperhatikan seperti itu Derish menjadi semakin salah tingkah!
Nah, tepat sekali! Apa yang ia bayangkan benar-benar terjadi. Bahkan kejadian dua setengah tahun yang lalu terulang kembali. Ketika beberapa anak mulai sok akrab pada Derish, namun begitu tahu sifat Derish yang pendiam dan nggak asik, mereka mulai bosan. Ujung-ujungnya kesepian lagi. Ya, itu yang Derish rasakan.
Di saat jam istirahat, Derish memilih untuk duduk di sebuah kursi taman. Sendirian. Hanya berteman dengan keripik kentang rasa balado yang baru ia beli dari kantin. Matanya menyapu seluruh sudut sekolah.
“Hey, bisa geser nggak?” pinta seseorang pada Derish yang tiba-tiba saja muncul mengagetkannya. Derish mendongak dan mendapati seorang cewek tengah berdiri di hadapannya.
“Kamu murid baru, kan?” tanyanya.
Derish hanya diam terpaku, memandang sosok itu tanpa berkedip sedikitpun. Diam-diam dicubitnya lengan kirinya sendiri. Ini bukan mimpi!
Senyuman yang manis mengembang dari bibirnya, “aku Keyna,” kata gadis itu seraya mengulurkan tangannya pada Derish.
---SELESAI---
-don't copy without my permission-
Label: My Creation
phoo~miaw
01.27